PR dalam konteks tradisional dianggap banyak pihak sebagai ‘smoke and mirrors,’ yang memberikan pesan yang bersifat semu yang diciptakan oleh ‘the spin doctors’ (Spin Doctors menurut Thesaurus adalah praktisi PR yang bertugas untuk mencegal publisitas negatif dengan memublikasikan interpretasi yang dianggap menguntungkan akan perkataan dan tindakan sebuah perusahaan atau kelompok politik atau publik figur tertentu. Public relation bisa dilakukan melalui media sosial salah satunya menggunakan jasa social media marketing yang ada di Indonesia.
Dikarenakan hal tersebut, banyak orang kemudian menjadi tidak percaya terhadap media (sarana tradisional yang digunakan untuk mengevaluasi suatu industri), dan lebih menaruh kepercayaan terhadap opini kelompok peernya yang memiliki akses terhadap situs media sosial (Michel, Ruggiero & Yang, 2016). Media sosial tidak hanya menawarkan kesempatan bagi komunikasi korporat yang bersifat langsung dan cepat, tetapi juga kesempatan untuk mendapatkan kembali PR yang ideal (yakni membangun dan mempertahankan hubungan) dan mengubah sejumlah stereotype negatif khususnya yang terkait dengan keberadaan perusahaan. Media sosial membantu praktisi PR dalam komunikasi korporasinya untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan semua publik-pubilknya, bahkan termasuk jurnalis. Karena di masa sekarang ini, setiap orang terlalu sibuk dengan aktivitasnya, sehingga media sosial melalui jasa social media marketing memungkinkan para praktisi PR untuk mempertahankan hubungan yang ada dan berkualitas dengan para pemangku kepentingan, media, konsumen, dan partner kerja tanpa memandang di manapun mereka berada. Media sosial juga bisa membantu meningkatkan hubungan komunitas, sebagaimana yang dinyatakan oleh Duhé (2012), social media, more, so than new/digital media, must be at the heart of public relations activities because social media can enchance organisation-public relationships by increasing and improving community relations.
0 Comments
Leave a Reply. |
|